Batam, Inibatam – Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, Muhammad Rudi, mencurigai kemungkinan adanya provokator di tengah konflik yang sedang berkobar di Pulau Rempang. Dia meyakini bahwa kehadiran pihak provokator mungkin menjadi pemicu kerusuhan yang terjadi ketika masyarakat menggelar unjuk rasa.
“Saya kira itu petugas yang tahu. Setelah kami dapat laporan bahwa bukan orang Rempang yang demo kedua itu,” ujar Rudi ketika ditemui di Komplek DPR RI pada Rabu, 13 September 2023.
“Yang kemarin demo, kan dia harus pakai izin dari kepolisian. Yang mengajukan izin tersebut, alamatnya bukan di situ.”
Rudi menyebutkan bahwa situasi unjuk rasa masih berjalan dengan damai pada pagi hingga siang hari saat ia berinteraksi dengan massa. Namun, setelah ia meninggalkan lokasi, kerusuhan pun meletus.
“Hampir satu jam berjalan dengan baik. Namun setelah itu, ada reaksi yang mungkin tidak tepat,” ungkapnya seperti dikutip tempo, Kamis (14/9/2023).
Seperti diinformasikan, pada Senin, 11 September 2023, aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat Melayu di depan kantor BP Batam berubah menjadi kerusuhan.
Aksi unjuk rasa yang awalnya berlangsung damai mendadak menjadi kacau dengan sejumlah massa yang merusak pagar dan melemparkan batu ke arah Kantor BP Batam. Akibatnya, pagar dan kaca di kantor tersebut hancur karena amukan massa yang emosi.
Akibat kejadian tersebut, beberapa petugas mengalami luka-luka akibat terkena lemparan batu dan besi. Sebanyak 22 personel gabungan mengalami luka, termasuk 17 anggota Polri, tiga personel Satpol PP, dan dua personel Ditpam BP Batam. Dua di antara mereka harus dirawat di rumah sakit, dan satu di antaranya menjalani operasi akibat luka lemparan benda tajam.
Situasi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau, semakin memanas seiring penolakan warga terhadap rencana penggusuran untuk proyek pengembangan Rempang Eco City. Proyek ini mencakup sektor industri, perdagangan, dan pariwisata yang terintegrasi.
Proyek Rempang Eco City telah ditetapkan sebagai proyek strategis nasional (PSN) pada akhir Agustus 2023, sesuai dengan Permenko Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional.
Saat ini, BP Batam sedang berupaya keras untuk menyelesaikan relokasi 4 perkampungan di lahan seluas 2.000 hektare. Lahan ini akan ditempati oleh Xinyi Group, investor asal Cina, dengan nilai investasi sekitar Rp 172,5 triliun. Target mereka adalah menyelesaikan relokasi ini sebelum tanggal 28 September mendatang.
Rudi menjelaskan bahwa keempat perkampungan tersebut akan direlokasi ke Dapur 3 Sijantung, dengan sekitar 700 kepala keluarga yang akan terkena dampaknya.
Menurutnya, relokasi ini penting untuk mengurangi risiko, terutama risiko kesehatan, ketika perusahaan yang akan mengolah pasir silika mulai beroperasi. Limbah pasir tersebut memiliki potensi risiko yang tidak terlihat.
“Terbayang kalau masuk ke hidung, masuk mulut. Kalau mereka tinggal di situ kan berisiko,” ujar Rudi.