Jakarta, Inibatam – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, menyebutkan sesuai data per 2 Oktober 2023 ditemukan lebih dari 6.600 titik panas (hot spot) di seluruh Indonesia. Diperkirakan 80 persen dari titik-titik tersebut akan berkembang menjadi titik api atau fire spot.
“Data hot spot per tanggal 2 Oktober menunjukkan bahwa ada 6.659 titik dengan peluang 80 persen untuk menjadi titik api. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 yang mencapai 71 ribu titik dengan tingkat peluang yang sama, dan tahun 2019 dengan 29.300 titik, angka saat ini menunjukkan peningkatan signifikan,” kata Siti di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Rabu (4/10/2023).
Selain itu, menurutnya, luas area yang telah terbakar mencapai 267 hektare. Dengan terus terjadinya peristiwa kebakaran di bulan September dan Oktober, ia memperkirakan luas area yang terbakar akan terus bertambah.
Pemerintah telah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi masalah ini, termasuk operasi pemadaman dan teknik modifikasi cuaca (TMC) di provinsi-provinsi yang rawan terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Siti juga memastikan bahwa hingga saat ini tidak ada pencemaran asap yang melintasi batas negara atau transboundary haze yang mengganggu negara tetangga seperti Malaysia.
“Sejauh ini tidak ada transboundary haze ke Malaysia. Jadi kalau dibilang bahwa di Malaysia tidak ada hot spot, kalau lihat datanya citra satelit di sana juga ada,” jelasnya.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Suharyanto, menjelaskan bahwa lembaganya telah memberikan dukungan operasi darat dan udara dalam upaya penanganan karhutla.
Untuk operasi udara, BNPB telah mengerahkan 35 helikopter, termasuk 13 helikopter patroli dan 22 helikopter water bombing, terutama di daerah-daerah yang menjadi prioritas dalam penanganan karhutla.
“Ada enam provinsi prioritas yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatra Selatan, Riau, dan Jambi. Itu menjadi enam provinsi prioritas kebakaran hutan dan lahan,” ujar Suharyanto.
Selain itu, BNPB juga telah menerapkan teknologi modifikasi cuaca sebanyak 244 kali dengan jumlah garam yang disebar mencapai 341.580 kilogram.
Selama dua bulan terakhir, BNPB terus melaksanakan TMC di sejumlah provinsi, termasuk Riau, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, dan Sumatra Selatan.
Upaya ini terus dilakukan untuk mengatasi dan meminimalisasi dampak karhutla yang terjadi di Indonesia.