Gaza dalam Kegelapan: Krisis Listrik Membuat Penduduk Lebih Menderita

Gaza dalam Kegelapan: Krisis Listrik Membuat Penduduk Menderita
Gaza dalam kegelapan (ilustrasi)

Gaza, Inibatam – Ketika listrik mendadak padam di Jalur Gaza, penduduknya mengalami kengerian yang mendalam. Fatma Aly, seorang warga Palestina berusia 36 tahun yang tinggal di wilayah utara Jabalia, menceritakan bahwa dentuman keras akibat serangan bom Israel hampir saja menenggelamkannya dalam ketakutan.

“Gaza kini tenggelam dalam kegelapan total,” katanya gemetar.

Dalam keadaan tanpa listrik, mereka bahkan tidak memiliki lilin untuk penerangan. Toko-toko tutup, dan satu-satunya sumber cahaya yang mereka miliki adalah lampu LED kecil yang biasanya hanya bertahan selama lima jam.

Tidak hanya listrik yang terpengaruh, tetapi juga pasokan air untuk minum dan mandi. “Tidak ada listrik berarti tidak ada air yang dipompa ke kami,” tambah Fatma seperti ditulis bbc, Senin (16/10/2023).

Listrik di seluruh Jalur Gaza padam pada Rabu (11/10/2023) sekitar pukul 14.00 atau pukul 10.00 WIB, hanya dua hari setelah Israel mengumumkan ‘pengepungan total’ terhadap wilayah ini pada tanggal 9 Oktober.

Baca Juga  Pertempuran di Perbatasan Lebanon-Israel Memanas: Militan Hizbullah Luncurkan Roket ke Kiryat Shmona

Keluarga Fatma, yang termasuk orang tua yang lanjut usia, hanya memiliki dua tong air sebagai cadangan yang mereka simpan sebelum serangan Israel. Mereka juga kesulitan menyimpan makanan karena ketiadaan pendingin.

“Kami hanya memiliki sisa-sisa makanan yang kami miliki sebelum perang dimulai. Kami hanya mengandalkan Za’tar (bumbu rempah) dan beberapa buah zaitun.”

Namun, dampak terbesar jatuh pada anak-anak. Mereka kehilangan tempat yang aman untuk bermain dan merasa kesulitan untuk menikmati masa kecil mereka.

Di kamp pengungsi Jabalia, penduduk berbagi kisah mengerikan mereka. Mereka yang beruntung berhasil membawa selimut dan pakaian saat melarikan diri dari rumah-rumah yang hancur akibat serangan Israel.

Situasi di Kamp Pengungsi Lebih Mengerikan

Situasi di kamp pengungsi sangat mengerikan. Mereka kekurangan air bersih, makanan, dan bahkan udara bersih. Beberapa penduduk tiba di kamp setelah menghindari serangan bom di wilayah lain. Mereka merasa bahwa mereka tengah mengalami perang penindasan yang sangat tidak biasa.

Baca Juga  Jual Akte Kelahiran Ilegal Rp 128 Juta, Direktur Rumah Sakit di China Diperiksa

Warga Jabalia, termasuk Abu Saqr Abu Rokba yang telah kehilangan tiga anaknya, berkendara dengan perasaan kesedihan yang mendalam.

“Saya telah kehilangan seluruh keluarga saya. Ketika saya pergi ke pemakaman untuk menguburkan anak-anak saya, saya kembali dan mendapati rumah saya telah luluh lantak. Saya tidak tahu harus pergi ke mana.”

Situasi semakin memburuk karena mereka menghadapi tembakan hampir setiap hari, yang telah merenggut nyawa dan melukai banyak orang.
Kesulitan ini semakin menguatkan tekad mereka untuk bertahan dan mereka sangat berharap akan datangnya bantuan yang sangat dibutuhkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *