Gaza, Inibatam – Israel melakukan serangan balik ke jalur Gaza Palestina. Serangan lewat udara ini sangat brutal tanpa memilih sasaran. Selain bangunan padat penduduk, pesawat Israel juga menyasar ambulans dan tenaga medis.
Padahal dalam prinsip etika perang, ke dua pihak yang berperang, wajib melindungi petugas medis dan ambulans. Sementara Israel, pada hari Sabtu (7/10/2023) waktu setempat, dua petugas medis tewas dan merusak ambulans Kementerian Kesehatan di Gaza utara dalam sebuah serangan udara.
Kejadian tragis ini dikonfirmasi oleh juru bicara Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina, Nebal Farsakh, seperti dilansir dari New Arab pada Senin (9/10/2023).
Eskalasi konflik antara Hamas dan Israel terjadi ketika pejuang Palestina melancarkan operasi kejutan di dalam wilayah Israel pada Sabtu. Pertempuran ini telah menyebabkan ratusan orang tewas di kedua pihak, termasuk warga sipil.
Nebal Farsakh, juru bicara Bulan Sabit Merah, mengungkapkan bahwa dua ambulans Kementerian Kesehatan terkena serangan udara Israel di Kota Jabalia, Gaza utara, pada hari Sabtu tersebut. Serangan ini mengakibatkan sejumlah korban cedera dan kematian, termasuk seorang mantan sukarelawan Bulan Sabit Merah.
“Rekan-rekan kami terkejut ketika mereka melihat mantan kolega mereka meninggal,” kata Farsakh.
Organisasi Bulan Sabit Merah telah mendokumentasikan empat pelanggaran oleh pasukan Israel terhadap misi medisnya di Gaza, termasuk ambulans yang diduga terkena amunisi hidup.
“Situasi di Gaza benar-benar berbahaya. Ini adalah daerah yang sangat padat penduduknya. Dalam serangan apa pun atau serangan apa pun, benar-benar warga sipil dan misi medis juga menjadi target,” kata Farsakh.
Farsakh menyerukan pembukaan koridor kemanusiaan untuk memungkinkan bantuan dan pasokan medis masuk ke Gaza. Hal ini penting untuk memastikan pasien yang dalam kondisi kritis dapat menerima perawatan mendesak, mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas di wilayah tersebut.
Situasi di Gaza semakin memburuk, dengan kekurangan makanan bagi warga sipil dan potensi kekurangan pasokan medis di rumah sakit. Rumah sakit di Gaza juga sudah kewalahan dengan jumlah mayat dan korban.
Mahmoud Shalabi, manajer program senior di Gaza untuk badan amal Medical Aid for Palestinians (MAP) yang berbasis di Inggris, menyatakan bahwa hari Sabtu adalah salah satu hari paling kejam yang pernah mereka saksikan di Gaza, dengan rumah sakit penuh oleh korban dalam beberapa jam.
Situasi yang semakin memprihatinkan ini memicu permohonan darurat dari MAP untuk merespons situasi krisis di Gaza.
Bangunan tempat tinggal juga mengalami kerusakan yang menyebabkan ribuan orang menjadi pengungsi internal, sementara kekhawatiran akan eskalasi konflik yang lebih lanjut tetap tinggi.