Batam, Inibatam – Lima Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi Kantor Pencarian dan Pertolongan (KPP) Basarnas Tanjungpinang, Kepri, dari Johor Malaysia, Senin (30/10/2023) lalu, ternyata komplotan perompak. Hal itu terungkap setelah ke 5 WNI yang awalnya diduga nelayan diperiksa.
Kapten Laut Amir Mahmud, Pasintel Lanal Tanjungbalai Karimun, mengungkapkan bahwa awalnya pihaknya mengira kelima orang tersebut adalah nelayan, sesuai dengan laporan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Johor Bahru.
Oleh karena itu, Basarnas diminta untuk melakukan penjemputan pada Senin, 30 Oktober. Mereka kemudian dibawa ke Tanjungbalai Karimun.
Namun, setelah dilakukan penyelidikan dan berkoordinasi dengan Markas Besar TNI Angkatan Laut (Mabesal), ternyata lima orang tersebut terindikasi sebagai komplotan perompak yang telah lama beraksi di Selat Malaka dan Selat Singapura. Mereka kemudian dijemput kembali di Kabupaten Tanjungbalai Karimun.
Sayangnya, saat hendak dijemput, dua dari lima orang tersebut berhasil melarikan diri. Tiga orang yang berhasil diamankan kemudian menjalani interogasi.
Dari hasil pemeriksaan sementara, terungkap bahwa komplotan perompak tersebut telah melakukan aksi perompakan sejak tahun 2000 hingga ditemukan dalam kondisi hanyut di Perairan Malaysia pada tahun 2023.
Amir Mahmud menjelaskan bahwa selama tahun 2023, komplotan ini telah melakukan sebanyak 10 kali aksi perompakan. Mereka biasanya menargetkan kapal-kapal yang sedang mengurangi kecepatan.
Untuk melancarkan aksinya, mereka mencari informasi di aplikasi “ship info,” di mana terdapat data seperti kecepatan kapal, tujuan, nama kapal, dan muatan kapal. Informasi ini sangat penting dalam perencanaan aksi perompakan mereka.
Saat ini, tiga orang yang diamankan ditahan di Lanal Tanjungbalai Karimun, sementara upaya penyekatan dilakukan di beberapa lokasi di Kepulauan Riau untuk menangkap dua orang lain yang berhasil melarikan diri.