Batam, Inibatam – Kepala BP Batam, Muhammad Rudi, mengklarifikasi jumlah kampung yang akan mengalami relokasi sebagai bagian dari pengembangan Rempang Eco City. Dalam pernyataannya, Rudi menjelaskan bahwa hanya 3 kampung yang akan direlokasi, bukan 16 kampung seperti yang dikabarkan sebelumnya.
“Perlu saya tegaskan, tidak ada rencana untuk merelokasi 16 kampung dalam waktu dekat ini. Yang akan direlokasi hanyalah 3 kampung, yaitu Kampung Sembulang Hulu, Sembulang Tanjung, dan Pasir Panjang, dengan total penduduk sekitar 700 kepala keluarga,” ungkap Rudi.
Beberapa waktu terakhir, Pulau Rempang menjadi sorotan karena aksi penolakan warga terhadap pembangunan Rempang Eco City yang berujung pada bentrokan dengan aparat keamanan. Untuk memahami akar permasalahan ini, perlu diberikan penjelasan lebih lanjut.
Muhammad Rudi menjelaskan bahwa Pulau Rempang direncanakan akan dikembangkan menjadi kawasan ekonomi khusus dengan nama Rempang Eco City. Salah satu proyek utamanya adalah pabrik pengolahan kaca milik perusahaan asal China, Xinyi Glass Holdings Ltd., yang akan beroperasi di lahan seluas 2.000 hektar.
Rudi dalam wawancara di chanel televisi CNBC Indonesia, Jumat (15/9/2023) menyebutkan bahwa kesepakatan ini dihasilkan setelah PT MEG (Makmur Elok Graha) dan Xinyi Glass menandatangani perjanjian pada bulan Juli tahun lalu. Sejak tahun 2004, PT MEG telah dipercayakan oleh pemerintah kota Batam dan BP Batam untuk mengelola lahan seluas 17.600 hektar, termasuk 10.028 hektar hutan lindung.
“Penandatanganan MoU antara PT MEG dan Xinyi di China hanya mencakup 2.000 hektar lahan, dan inilah yang akan dikembangkan terlebih dahulu. Hanya ada 3 kampung yang akan terkena dampak pembangunan pabrik dan harus direlokasi, sehingga tidak benar bahwa 16 kampung akan direlokasi,” tegas Rudi.
Rudi menegaskan bahwa BP Batam telah memulai upaya sosialisasi sejak bulan Juni, sejak pemerintah Batam berkomitmen pada bulan April untuk mengembangkan Pulau Rempang. Namun, karena kampung-kampung di pulau tersebut terletak di lokasi yang berjauhan dan mayoritas penduduknya adalah nelayan, sosialisasi tidak dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.
Mayoritas kepala keluarga di tiga kampung tersebut adalah nelayan yang pulang ke rumah saat Subuh setelah beraktivitas di laut sepanjang malam. Hal ini membuat sosialisasi yang diselenggarakan oleh BP Batam hanya dihadiri oleh keluarga atau istri mereka, sehingga pesan-pesan terkait hak-hak mereka dalam relokasi tidak sampai secara langsung.
Muhammad Rudi berkomitmen untuk meningkatkan upaya sosialisasi sehingga semua warga yang akan direlokasi dapat memahami hak-hak mereka dengan jelas. Tujuannya adalah agar proses relokasi dapat berlangsung tanpa mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.
Rempang Eco City akan menjadi rumah bagi pabrik pengolahan pasir kuarsa senilai US$11,5 miliar atau setara Rp 176 triliun yang akan dioperasikan oleh perusahaan produsen kaca asal China, Xinyi Glass Holdings Ltd. Perusahaan ini telah berkomitmen untuk menjadikan pabrik di Rempang sebagai pabrik kaca terbesar kedua di dunia setelah pabrik mereka di China.