Krisis Bahan Bakar, Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Beroperasi Dalam Kegelapan

Krisis Bahan Bakar, Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Beroperasi dalam Kegelapan
Krisis bahan bakar membuat Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara beroperasi dalam kegelapan (tangkapan layar)

Gaza, Inibatam – Blokade bahan bakar yang dilakukan tentara penjajah Israel di Jalur Gaza, membuat Rumah Sakit Indonesia beroperasi dengan generator sekunder. Generator listrik utama rumah sakit telah mati sejak Rabu (1/11/2023) malam.

Dr. Atef Al Kahlout, Direktur rumah sakit, melaporkan bahwa sistem elektromekanis di seluruh fasilitas medis tersebut telah berhenti beroperasi.

Hal ini termasuk sistem ventilasi di ruang operasi, stasiun oksigen utama, dan lemari es kamar mayat. Rumah sakit sekarang harus berjuang untuk memberikan perawatan medis dengan sumber daya yang terbatas.

Fikri Rofiul Haq, seorang sukarelawan LSM Mer-C yang berada di Gaza, mengungkapkan keprihatinannya bahwa rumah sakit hanya memiliki persediaan bahan bakar untuk generator selama 48 jam ke depan.

Situasi semakin memburuk sejak serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober, dan serangan udara Israel terhadap Gaza.

Tenaga Medis Gunakan Senter

Para dokter sekarang harus merawat para korban di koridor, sering kali dengan bantuan senter karena listrik sering mati. Persediaan obat-obatan, pakaian paramedis, dan alat kesehatan lainnya semakin menipis.

Baca Juga  Hamas Ancam Eksekusi Tawanan sebagai Respons Terhadap Serangan Israel ke Gaza

“Rumah Sakit Indonesia di Gaza saat ini adalah tulang punggung dalam menyediakan layanan kesehatan di bagian utara Gaza. Bangunan tersebut adalah fasilitas medis terdekat yang menerima ratusan orang yang terluka akibat serangan udara Israel selama dua hari di kamp Jabalia. Seluruh korban luka dilarikan ke satu-satunya rumah sakit operasional yang tersisa di bagian utara Gaza,” seperti yang dilaporkan oleh Aljazirah.

Kekurangan bahan bakar ini telah memaksa rumah sakit untuk bekerja di luar kapasitasnya yang terbatas.

Dalam waktu kurang dari 24 jam, jumlah korban pengeboman Israel di Pengungsian Jabalia telah melebihi 1.000 orang, termasuk 195 orang yang gugur, 120 orang yang masih hilang, dan setidaknya 777 orang luka-luka.

Situasi ini semakin memperumit pelayanan medis dan perawatan bagi korban serangan.

Baca Juga  Pembantaian di Rumah Sakit al-Shifa, Gaza: Israel Gunakan Bom Fosfor dan Sniper Bunuh Paramedis

Sekjen PBB Mengutuk

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB, telah mengutuk serangan Israel di Jabalia sebagai tindakan yang mengerikan dan tidak proporsional.

Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah menjatuhkan ribuan ton bom di Gaza. Data dari Euro-Med Human Rights Monitor menunjukkan bahwa jumlah bom yang dijatuhkan oleh Israel di Gaza melebihi bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima selama Perang Dunia Kedua.

Selain mengakibatkan kerusakan besar, serangan Israel juga telah memaksa 1,4 juta orang mengungsi secara internal. Banyak fasilitas publik, termasuk sekolah, masjid, gereja, rumah sakit, kantor media, dan banyak bangunan lainnya, telah rusak atau hancur.

Hingga 31 Oktober 2023, jumlah korban jiwa akibat serangan Israel di Gaza mencapai lebih dari 9 ribu orang, termasuk ribuan anak-anak dan perempuan. Korban luka mencapai 21.980, dan ribuan lainnya diyakini masih terjebak di bawah reruntuhan bangunan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *