Krisis Kemanusiaan di Gaza: Rumah Sakit Penuh Jenazah, Stok Kain Kafan Habis

Krisis Kemanusiaan di Gaza: Rumah Sakit Penuh Jenazah, Stok Kain Kafan Habis
Rumah sakit di Gaza dipenuhi jenazah pasca serangan udara masif Israel, Minggu (22/10/2023) (afp)

Gaza, Inibatam – Serangan udara masif Israel pada Minggu (22/10/2023) di Gaza setidaknya menewaskan 400 orang lebih. Rumah sakit di Gaza dipenuhi jenazah. Pihak rumah sakit mengakui mereka kehabisan kain kafan untuk jenazah.

Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza, para dokter dan perawat kehabisan bahan untuk mengafani korban meninggal dunia yang terus bertambah.

Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar rumah sakit. Para kerabat yang ditinggalkan mendaraskan doa dan tak jarang pula yang ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.

Di dalam rumah sakit, para dokter terus berjuang untuk merawat korban luka. Mereka berupaya menyelamatkan korban yang terluka parah di tengah menipisnya persediaan obat-obatan dan perbekalan.

Seperti dilaporkan BBC Arabic, Senin (22/10/2023) rumah sakit penuh dengan jenazah dan para dokter tergopoh-gopoh menyelesaikan tindakan untuk satu pasien kemudian berpindah ke pasien berikutnya.

Beberapa tayangan video dan foto keadaan rumah sakit pada Minggu (22/10) terlalu mengerikan untuk ditampilkan. Anak-anak – termasuk setidaknya dua bayi – termasuk di antara korban meninggal dunia.

Para pejabat dari Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 400 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (22/10).

Baca Juga  Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Lebih dari 7.000 Jiwa Tewas, Mayoritas Anak-anak dan Perempuan

Rumah sakit kehabisan kain kafan

Pada Minggu (22/10), sejumlah kendaraan terlihat membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

“Kami sudah berada di sini sejak fajar menyingsing dan jenazah telah memenuhi halaman rumah sakit. Tempat pendingin di kamar jenazah sudah penuh dengan mayat, begitu pula dengan di dalam gedung rumah sakit dan di luar gedung,” kata seorang staf.

“Kami kehabisan kain kafan untuk mengafani jenazah karena jumlahnya sangat banyak. Semua jenazah tiba dalam keadaan tidak utuh. Kami tidak dapat mengidentifikasi mereka karena jenazah telah hancur.”

Dia menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang “tak tertahankan”, dan menambahkan: “Walau kami telah banyak menyaksikan segala rupa, ini adalah pemandangan yang belum pernah kami lihat.”

Pemandangan serupa terjadi di berbagai rumah sakit di seluruh Gaza pada pekan ketiga perang Israel-Hamas.

Di Rumah Sakit al-Quds di wilayah Tel al-Hawa, Kota Gaza, bom menghantam gedung-gedung di dekat rumah sakit ketika tim yang terdiri dari 23 dokter dan perawat menangani lebih dari 500 orang.

Pasien dan warga sipil yang berlindung di rumah sakit hidup dalam “keadaan teror”, kata seorang dokter, yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatannya.

Baca Juga  Kebrutalan Israel: Serang Rumah Sakit dan Konvoi Medis dari Gaza ke Perbatasan Rafah Mesir

Di tengah situasi yang digambarkannya sebagai “bencana besar”, para dokter harus memutuskan siapa yang harus ditangani terlebih dahulu. Sisanya bergabung dalam antrean.

“Banyak korban luka telah menunggu beberapa hari untuk dioperasi,” kata dokter.

Militer Israel sengaja menargetkan area dekat rumah sakit.

Militer Israel mengatakan kepada BBC bahwa mereka menargetkan daerah di dekat rumah sakit karena “berdasarkan informasi intelijen, terdapat seorang pemimpin Hamas di daerah yang berdekatan dengan rumah sakit”.

Pemimpin itu, klaim militer Israel, “memberi perintah untuk menembak ke arah Israel dari daerah tersebut”.

Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”.

Gallant berbicara setelah pengarahan operasional di Pusat Komando dan Kontrol Operasi Angkatan Udara Israel.

“Dalam aspek operasional manuver, pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel)”, katanya.

“Ini harus menjadi operasi manuver terakhir kami di Gaza, dengan alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas.”

Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *