Padang, Inibatam – Kualitas udara di Padang, Sumatera Barat, mengalami penurunan karena terpapar kabut asap pada Rabu (4/10/2023) pagi, mendekati ambang batas tidak sehat. Warga diminta untuk mulai mewaspadai dampak kabut asap ini.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar, Asben Hendri, mengatakan bahwa berdasarkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) dari aplikasi ISPUNet milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), partikel udara berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (PM2.5) mencapai angka 81.
“Angka 81 menunjukkan kualitas udara masih dalam kategori sedang. Namun memang sudah mendekati tidak sehat. Berdasarkan ISPUNet, kualitas udara masuk kategori tidak sehat bila mencapai angka 101,” katanya.
PM2.5 dapat berbahaya bagi manusia karena dapat menembus masuk ke dalam jaringan tubuh melalui hidung dan mulut. Oleh karena itu, masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan diimbau untuk menggunakan masker.
Asben mengatakan bahwa penurunan kualitas udara ini disebabkan oleh kabut asap dari provinsi tetangga yang terbawa oleh angin hingga ke Sumbar. Namun, ia menegaskan bahwa dalam 12 jam terakhir, tidak ada kebakaran lahan dan hutan di Sumbar yang dapat menyebabkan kabut asap.
Dilansir antarasumbar, Rabu (4/10/2023), Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yozarwardi, juga membenarkan hal tersebut. Berdasarkan aplikasi SiPongi milik KLHK, hanya satu titik panas (hot spot) dengan tingkat kepercayaan 30-78 persen yang terpantau di Pesisir Selatan dalam 12 jam terakhir.
“Dua hari terakhir memang ada kebakaran lahan di Dharmasraya dan Agam. Namun petugas di lapangan bisa dengan cepat memadamkan api. Dalam 12 jam terakhir tidak ada lagi titik api (fire spot) yang terpantau,” ujarnya.
Yozarwardi mengimbau masyarakat dan perusahaan pemilik lahan untuk tidak menggunakan cara membakar dalam membersihkan lahan karena kondisi kering akibat tidak ada hujan selama seminggu terakhir membuat api mudah menjalar.