Masjid Asasi, Masjid Tertua dengan Arsitek Unik di Kota Padang Panjang

Masjid Asasi, Masjid Tertua dengan Arsitek Unik di Kota Padang Panjang
Masjid Asasi di Padang Panjang, Sumbar memiliki arsitek yang unik (ilustrasi)

Padangpanjang, Inibatam – Indonesia dikenal memiliki berbagai masjid tua yang indah dengan arsitek yang unik. Salah satunya adalah Masjid Asasi, yang terletak di Kelurahan Sigindo, Nagari Gunuang, Kota Padang Panjang, Sumatera Barat.

Masjid ini memiliki keunikan tersendiri karena bangunannya telah dijadikan sebagai cagar budaya.

Yang membuat Masjid Asasi menonjol adalah desain dan arsitekturnya yang penuh dengan ukiran indah di bagian luarnya.

Lantai masjid ini dibangun dari papan berpanggung, mengingatkan pada rumah adat Minangkabau, Rumah Gadang.

Ketika dilihat dari jauh, atap masjid terlihat seperti Masjid Agung Demak yang memiliki bentuk limas tiga tingkat.

Asrul Efendi Sutan Rajo Indomo, dari Seksi Kebudayaan dan Sosial Masjid Asasi, seperti dikutip merdeka, Jumat (6/10/2023), menjelaskan bahwa masjid ini dulunya adalah sebuah surau yang disebut Surau Gadang, yang tidak memiliki ukiran. Surau ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-14.

Baca Juga  Suhu Ekstrem 37,2 Derajat Celcius di Sumatra Selatan: Tertinggi dalam 48 Tahun Terakhir

Surau bukanlah istilah dalam bahasa Islam atau Minangkabau, tetapi dalam bahasa Hindu yang berarti tempat ibadah. Kemudian, orang Minangkabau mengadopsi istilah “surau” sebagai tempat ibadah sebelum masjid.

Masjid Asasi, yang dibangun pada tahun 1685, adalah masjid tertua kedua di Sumatera Barat. Tanggal berdirinya masjid ini didasarkan pada hasil penelitian, perkembangan, dan kesepakatan bersama oleh berbagai pihak yang berkompeten di bidang sejarah.

Pada tahun 1770, masjid ini mengalami renovasi yang mencakup penggantian atap seng yang sebelumnya terbuat dari ijuk. Renovasi ini juga menambahkan ukiran di bagian luar masjid dan tempat untuk khutbah.

Uniknya, semua pintu masjid ini berbeda satu sama lain karena masjid ini dibangun melalui gotong royong oleh banyak orang.

Masjid ini memiliki ukuran 13,1 meter × 13,1 meter dan terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga, dan 1 tiang utama yang disebut “tonggak macu.” Tiang utama ini adalah tiang penyangga utama masjid yang terbuat dari kayu madang yang diambil dari hutan hanya 20 meter dari masjid.

Baca Juga  Bentrok Massa di Kota Bitung: Aksi Bela Palestina Dihadang Ormas Pro-Israel

Masjid Asasi juga dirancang untuk tahan gempa, dan strukturnya dibangun dengan teliti. Beberapa elemen, seperti tiang-tiang yang diletakkan di atas batu sebelum mencapai permukaan tanah, menunjukkan kecerdasan arsitek dalam merancang bangunan ini.

Ukiran di bagian luar masjid mencakup unsur-unsur dari budaya Hindu, China, Islam, dan Minangkabau. Atap masjid ini tidak pernah diganti sejak tahun 1770, tetapi ukiran telah mengalami renovasi tanpa mengubah bentuk aslinya sebanyak tiga kali, yang terakhir dilakukan pada tahun 1884.

Masjid Asasi juga memiliki peninggalan kuno berupa Al-Quran, Fiqih, dan tulisan Arab Gundul yang ditulis tangan. Ini adalah salah satu contoh indah dari warisan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dihargai.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *