Kairo, Inibatam – Mesir akhirnya bersedia membuka perbatasannya di Rafa untuk akses masuk bantuan kemanusian ke Gaza. Namun ototitas Mesir, menolak menerima gelombang pengungsi dari Jalur Gaza yang mencoba melarikan diri dari dampak konflik antara Israel dan milisi Palestina, Hamas.
Keputusan ini diambil saat Kairo sedang membahas rencana untuk membuka koridor aman bagi warga sipil Gaza yang ingin mengungsi. Pembahasan ini melibatkan Amerika Serikat dan Israel.
Salah seorang pejabat keamanan Mesir yang meminta anonimitas menjelaskan kepada Reuters bahwa Mesir tidak mendukung gagasan pengungsi Gaza menuju Mesir.
Namun, Mesir bersedia membuka perbatasannya untuk pengiriman bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan, mengingat situasi yang semakin tidak stabil di wilayah tersebut.
“Mesir berencana membuka penyeberangan Rafah untuk memberikan bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan,” kata Menteri Luar Negeri Mesir, Sameh Shoukry.
Sejak konflik di Jalur Gaza pecah pada akhir pekan lalu, wilayah tersebut menghadapi krisis yang meliputi kekurangan pasokan listrik, makanan, air, dan bahan bakar.
Blokade Total Israel
Israel memberlakukan blokade total sebagai respons terhadap serangan mendadak yang dilancarkan oleh milisi Hamas ke beberapa kota di Israel.
Warga Gaza sebelumnya sudah hidup dalam kesulitan karena pembatasan yang diberlakukan oleh Israel sejak Hamas mengambil alih kendali wilayah tersebut pada tahun 2007.
Mesir juga telah lama membatasi aliran warga Gaza ke wilayah mereka, bahkan selama konflik berkecamuk.
Kairo telah menekankan bahwa kedua belah pihak harus menyelesaikan permasalahan di dalam perbatasan masing-masing. Mesir memandang hal ini sebagai satu-satunya cara agar Palestina dapat mengamankan hak mereka untuk menjadi sebuah negara.
Sejak tanggal 10 Oktober, penyeberangan Rafah ditutup oleh Mesir setelah wilayah tersebut diserang oleh bom Israel. Mesir telah mengingatkan berulang kali bahwa serangan Israel di Gaza dapat memicu gelombang pengungsi ke wilayah Mesir.