Presiden Ukraina Frustrasi Atas Kekurangan Dukungan Udara, Serukan Pasokan Senjata Barat yang Lebih Kuat

Presiden Ukraina Frustrasi Atas Kekurangan Dukungan Udara, Serukan Pasokan Senjata Barat yang Lebih Kuat
Zelensky mulai frustasi, gagal lakukan serangan balasan ke rusia (internet)

Kiev, Inibatam – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, secara terbuka menyatakan rasa frustrasinya terhadap kegagalan serangan balik yang masih berlangsung lambat akibat dominasi kekuatan udara Rusia. Kekuatan udara Rusia berhasil dengan efektif menghalangi upaya-upaya serangan balik yang dilakukan oleh Ukraina.

“Kami tidak memiliki kendali atas wilayah udara, sementara Rusia menguasainya sepenuhnya. Mereka berhasil menghentikan serangan kami dari udara. Mereka telah memblokir serangan balik kami,” ungkap Zelenskyy pada Jumat (8/9/2023), seperti dilaporkan oleh laman berita Al-Arabiya.

Dalam upayanya untuk mendapatkan dukungan yang lebih kuat dalam konflik ini, Zelenskyy telah mendesak negara-negara sekutu Barat untuk memasok lebih banyak senjata jarak jauh yang dapat mengimbangi kekuatan udara milik Rusia.

Kiev telah berulang kali meminta agar pesawat tempur F-16 dikirimkan untuk menguatkan kekuatan udaranya, namun negara-negara Barat masih enggan mengambil langkah tersebut.

Ukraina telah mengalami penundaan yang signifikan dalam mendapatkan pasokan senjata dari Barat, yang menjadi sumber kefrustrasian bagi pejabat Ukraina, termasuk Presiden Zelenskyy.

Baca Juga  Yaman Umumkan Perang ke Israel: Luncurkan Serangan Roket Terhadap Israel

Mereka juga menghadapi tekanan dari sanksi yang diberlakukan terhadap Rusia. Semua ini membuat para pejabat Ukraina semakin frustrasi atas kritik yang menyoroti kelambatan serangan balik mereka.

“Ketika beberapa mitra kami bertanya tentang serangan balik kami, kami menanggapinya dengan cepat, tetapi paket sanksi baru terhadap Rusia tidak mengikuti tempo kami,” tegas Zelenskyy.

Dia juga menegaskan bahwa pengiriman senjata ke Kiev dan pemberlakuan sanksi terhadap Rusia semakin rumit dan berjalan lambat. Saat ini, Ukraina sangat bergantung pada pasokan senjata dari Barat untuk dapat melanjutkan serangan balik dalam jangka panjang.

Di sisi lain, Ukraina mengklaim telah mencapai kemenangan strategis pada pekan sebelumnya dengan merebut bagian selatan dari Desa Robotyne. Ini adalah wilayah yang memungkinkan pasukan Ukraina untuk melanjutkan pergerakan lebih dalam ke Krimea yang saat ini dikuasai oleh Rusia.

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menyatakan bahwa suplai senjata uranium yang diberikan oleh AS kepada Ukraina merupakan tindakan kriminal. Amunisi ini dikirimkan untuk memperkuat serangan balik Ukraina terhadap Rusia.

Baca Juga  Setelah Masjid, Giliran Gereja Jadi Sasaran Bom Penjajah Israel di Gaza

“Ini bukan hanya langkah yang meningkatkan eskalasi, tetapi juga mencerminkan bahwa Washington tidak mempertimbangkan konsekuensi dari penggunaan amunisi semacam itu di zona perang. Faktanya, ini adalah tindakan kriminal,” ujar Ryabkov seperti yang dilaporkan oleh TASS pada Kamis (7/9/2023).

Ryabkov menegaskan bahwa tindakan AS ini tidak dapat dinilai lain selain sebagai tindakan kriminal. Sehari sebelumnya, Departemen Pertahanan AS mengumumkan pemberian paket bantuan keamanan baru kepada Ukraina senilai 175 juta dolar AS.

Paket bantuan ini termasuk amunisi uranium yang biasanya dikenal dengan sebutan “depleted uranium munitions” untuk tank Abrams. Ini merupakan kali pertama AS mengirimkan senjata kontroversial ini kepada Ukraina.

Senjata ini diharapkan dapat membantu Ukraina dalam melawan tank-tank milik Rusia dan merupakan bagian dari janji bantuan terbaru yang diberikan oleh AS. Pekan depan, AS akan mengumumkan lebih lanjut isi dari paket bantuan ini, yang bertujuan untuk memperkuat serangan balik Ukraina terhadap Rusia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *