Batam, Inibatam – Menyebut Rempang dan Galang tidak sebatas hanya kawasan yang berada di bawah administrasi Kota Batam Kepulauan Riau, tetapi adalah tempat bersejarah yang masyarakatnya memainkan peranan yang besar pada jatuh bangunnya Imperium Melayu di kawasan ini.
Tercatat pada perjalanan sejarah orang Rempang dan Galang sebagai pasukan laut utama Kerajaan Melaka pada abad ke 15. Mereka menjaga, memelihara bahkan “menggarau” laut selat Melaka sebagai pasukan laut yang tangguh. Kemahiran mereka tentang laut dan pulau, beting dan karang, angin dan ombak tak perlu disangsikan lagi.
Perkataan “Galang” melekat pada mereka ketika tugas untuk melabuhkan kapal-kapal besar ke laut untuk siap berlayar melintas lautan.
Kemahiran orang Rempang dan Galang sebagai pasukan laut dibuktikan ketika mereka ikut berperang di pihak Raja Kecik yang waktu itu mengaku sebagai waris Sultan Mahmud lll (Mangkat dijulang) ketika mengalahkan Sultan Abdul Jalil IV. Merekalah yang disebut “pasukan orang laut” yang sangat digeruni oleh lawan dari manapun.
Fase kepahlawanan orang Rempang dan Galang seterusnya ketika masa Kerajaan Riau Lingga.
Seorang Panglima Galang yang paling ditakuti oleh penjajah Belanda dan Inggris bernama ” Raja Alang Dilaut”. Dialah Raja Dilaut yang sekian kalinya “kengeruhkan” laut selat Melaka sebagai bangsa Terbilang. Belanda dan Inggris menyebut Dia sebagai ketua angin Lanun yang mengganggu dan memporak-perandakan kepentingan orang Eropah di laut. Tetapi bagi orang Melayu Dia adalah wira dambaan disetiap hati sanubari.
Panglima Galang yang bernama Raja Alang Dilaut gugur sebagai Wira pada perang yang dikobarkan pihak Belanda dan Inggris pada satu ekspedisi ke Pulau Galang pada 1836.
Keturunan Panglima Raja Alang Dilaut selanjutnya berpindah ke Singapura dan sebagian ke Pulau Karas yang tidak jauh dari Rempang dan Galang.
Estafet kepahlawanan orang Rempang dan Galang berlanjut ketika Pemakzukan Sultan Abdul Rahman Mu’adzam Syah Sultan Kerajaan Riau-Lingga oleh pemerintah Belanda. Batin Limat bin Limbang mengumpulkan semua pengikutnya dan menyembahkan maksud kepada Sultan Abdul Rahman untuk berperang saja dengan Belanda. Biar putih tulang dari pada berputih mata sembahnya.
Pada masa pendudukan Jepang di Riau/Kepulauan Riau para pemuda Rempang dan Galang ikut menjadi bagian dari tentara Gyu Tai (penjaga pulau) Yang direkrut tentara Jepang. Setelah kekalahan Jepang pada perang dunia ke ll, eks Tentara Gyu Tai berubah dan membentuk Batalyon Kepulauan Riau yang merupakan cikal bakal perjuangan Kemerdekaan Indonesia di Riau/Kepulauan Riau. Orang Rempang dan Galang ikut dalam episode sejarah perjuangan bangsa Indonesia itu.
Kurang apalagi bakti yang telah kami berikan pada bangsa ini sehingga diperlakukan sebagai bangsa yang terhina bahkan mau diusir dari tanah moyang kami. Atau akan bergema lagikah pekik Fisabilillah seperti yang terjadi pada abad-abad lalu.
Ingatlah tuan-tuan bahwa kami bangsa Melayu adalah saudara anda sendiri.
Ingatlah tuan-tuan jika marwah kami diinjak sudah pasti kami lawan. Dan darah yang mengalir di tubuh kami adalah juga warisan darah para pejuang dan pemberani
Pada Allah kami berserah.
Oleh: Raja Malik Hafrizal: Budayawan Melayu Kepulauan Riau