Gaza, Inibatam – Serangan udara Israel yang tak henti-hentinya dalam 24 jam terakhir pada Minggu (22/10/2023) telah menelan korban begitu besar di Gaza. Setidaknya 400 orang tewas di seluruh wilayah Gaza.
Media Palestina menggambarkannya sebagai “pengeboman terberat” sejak serangan yang dilancarkan oleh Hamas pada 7 Oktober.
Berdasarkan laporan dari kantor berita Palestina, WAFA, setidaknya ada 25 serangan udara Israel yang menyasar pemukiman warga Palestina, dengan serangan-serangan yang terutama menargetkan rumah-rumah warga sipil tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Salah satu serangan Israel yang paling menghancurkan terjadi di kamp pengungsi Jabalia, sebuah wilayah padat penduduk yang dihuni oleh lebih dari 120.000 warga Palestina.
Serangan ini menghancurkan bangunan tempat tinggal milik keluarga al-Lidawi di kamp pengungsi al-Shuhada Jabalia.
Badan darurat Palestina melaporkan bahwa sedikitnya 30 jenazah telah ditemukan di lokasi ini, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Al Jazeera juga melaporkan bahwa “sejumlah besar orang” masih terjebak di bawah reruntuhan dua bangunan yang menjadi sasaran serangan di kamp Jabalia.
Jumlah korban di Gaza mencapai 4.651 orang
Jumlah korban tewas di Gaza sejak dimulainya serangan pada 7 Oktober telah mencapai angka 4.651, dengan lebih dari 14.245 orang lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada hari Minggu.
Dokter-dokter di Rumah Sakit Martir Al Aqsa di Gaza menggambarkan situasi sebagai “hari berdarah” karena beban korban akibat serangan udara Israel yang meningkat.
Beberapa orang tua di Gaza bahkan terpaksa menuliskan nama anak-anak mereka di kaki mereka untuk membantu identifikasi jika mereka atau anak-anak mereka menjadi korban serangan, menurut video yang direkam oleh seorang jurnalis yang bekerja untuk CNN.
Di fasilitas medis utama di wilayah tersebut, Rumah Sakit Al-Shifa, para dokter terpaksa mengurangi durasi sesi dialisis bagi ratusan pasien ginjal karena terbatasnya pasokan listrik dan bahan bakar, seperti yang diumumkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina.